Lencana Facebook

Rabu, 07 November 2018

(Batu Hitam Kemilau Cahaya Tauhid) Sebuah Surat kabar Turki terbitan 1875 disaat pecah perang antara Atjeh dan Belanda, menceritakan bahwa tahun 1516 telah terjalin persahabatan dengan Atjeh. Diawali Sultan Firman Syah dari Dinasti Darul-Kamal menghubungi Siman Pasya, Wazir dari Sultan Salim I masa menjabat khalifah (1512-1520 M). Semenjak masa itulah hubungan antara Atjeh dan Turki Utsmani terjalin baik. Selain dengan Turki, Atjeh juga membangun kerja sama dalam bidang perdagangan dan militer dengan Kesultanan Islam di India, negeri-negeri Arab, dan beberapa kesultanan di Jawa. Dari catatan sejarah, perkampungan (gampong) di Bitai didirikan oleh pasukan Turki yang diutus ke Atjeh untuk menyebarkan agama dipimpin oleh Muthalib Ghazi bin Mustafa Ghazi. Nama Bitai ditambalkan pasukan Turki untuk mengenang asal mereka dari Bayt AL Maqdis, nama lain dari Yerussalem tempat Masjid Al Aqsa di Palestina dan HTI berasal, di gampong itu Sultan Iskandar Muda pernah menjadi murid Teungku di Bitai. Turki juga membantu persenjataan kepada kesultanan Atjeh untuk melawan pejajah Belanda. Merujuk catatan sejarah yang lain, Sultan Salahuddin Ibn Ali Malik az Zahir merupakan putra sulung Sultan Mughayat Syah dari Dinasti Meukuta Alam. Denys Lombard dalam buku Kerajaan Atjeh menyebutkan Sultan Salahuddin memerintah sejak 1528 hingga 1539. Masih menurut Lombard, Sultan Salahuddin ini wafat pada 25 November 1548. Sultan Salahuddin berteman dengan Muthalib Ghazi utusan Khalifah Salim I. Setelah Sultan Salahuddin mangkat dimakamkan pada Kompleks Pemakaman Tuanku Tengku di Bitai, begitulah Muthalib Ghazi mewasiatkan agar setelah dirinya nanti meninggalkan dunia fana dapat dikubur bersebelahan dengan Sultan. Pada tahun 1564, Sultan Suleiman I menjadi khalifah (1520-1566) menerima utusan dari Kesultanan Atjeh, yang meminta bantuan melawan Portugis. Maka ekspedisi Utsmaniyah ke Atjeh diluncurkan dan berhasil memberikan dukungan militer terhadap Atjeh Sumber Portugis menyebutkan pula bahwa pertengahan abad ke-16 (sekitar tahun 1540 M) Atjeh telah mengadakan hubungan dengan Turkey. Pinto, adalah seorang petualang Portugis menyebutkan bahwa Atjeh telah mendapat sumbangan dari Turkey yaitu sebanyak 300 orang ahli, bantuan tersebut dibawa oleh kapal Atjeh sebanyak 4 buah yang sengaja datang ke Turkey untuk mendapatkan alat-alat senjata dan pembangunan. Selama abad ke-16 dan ke-17 terjadi pertukaran, baik dagang maupun diplomatik dan budaya antara Istanbul dengan Atjeh. Utusan Atjeh yang ke Konstantinopel pada tahun 1562 M yang dikirim oleh Sultan Alau Addin Riayat Syah Al Qahar membawa serta hadiah-hadiah berupa emas, rempah-rempah dan lada. Perutusan Atjeh itu dapat dikatakan berhasil karena suatu keputusan khalifah sebelumnya, dan Sultan Selim II menjabat khalifah (1566-1574 M) bertanggal 16 Rabiul Awal 975 atau 20 September 1567, berisi penyambutan positif atas permintaan sultan Atjeh yang dibawa oleh wazirnya bernama Husin. Dari pertemuan Husin dengan Selim II diketahui betapa besarnya tekad kaum muslimin di kepulauan Nusantara untuk mengusir kafir Portugis. Pihak Turkey bersedia mengirim bantuan kepada Atjeh, berupa dua buah kapal perang dan 500 orang tenaga berkebangsaan Turki untuk mengelola kapal-kapal itu. Di antara 500 orang Turkey itu juga terdapat ahli-ahli militer yang dapat membuat kapal-kapal perang baik ukuran besar maupun kecil dan meriam berukuran besar. Selain itu, pihak Turki juga memberikan sejumlah meriam berat beserta perlengkapan militer dan pendirian Akademi kemiliteran Mahad Baitul Maqdits di Atjeh. Laksamana Turkey Kurt Oglu Hizir diserahi tugas untuk memimpin ekspedisi tersebut dengan tugas khusus mengganyang musuh Atjeh, mempertahankan agama Islam dan merampas benteng-benteng musuh. Keumalahayati setelah merampungkan pendidikannya di pesantren lalu melanjutkan pendidikannya di dunia kemaritiman dalam bidang ilmu kelautan di sekolah Baital Maqdis. Keumalahayati adalah putri Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya bernama Muhammad Said Syah saudara Sultan Salahuddin. Dilahirkan tahun 1560, pada masa Sultan Alau Addin Riayat Syah al-Qahar yang memerintah Kesultanan Aceh. Laksamana Muda Ibrahim merupakan salah seorang bawahan mendiang Laksamana Mahmud Syah adalah Suami Keumalahayati, berserta dirinya ikut pula memperkuat barisan armada Atjeh ketika melakukan penyerbuan terhadap Portugis di Malaka. Sepeninggal suaminya, Keumalahayati mengkomandani terbentuk armada yang terdiri dari para janda yang suaminya gugur dalam pertempuran melawan bangsa Portugis. Armada pasukannya diberi nama Inong Balee atau Armada Perempuan Janda. Laksamana Malahayati kemudian memimpin langsung 2.000 orang pasukan Inong Balee. Pangkalannya berada di Teluk Lamreh, Krueng Raya, Atjeh. Ada 100 kapal perang dengan kapasitas 400-500 orang. Tiap kapal perang dilengkapi dengan meriam. Bahkan, kapal paling besar dilengkapi lima meriam. Laksamana Malahayati juga membangun benteng yang dinamai Benteng Inong Balee bersama pasukannya. Karier militer Laksamana Malahayati terus menanjak hingga ia menduduki jabatan tertinggi di Angkatan Laut Kesultanan Atjeh kala itu. Sebagaimana layaknya para pemimpin, Laksamana Malahayati ikut bertempur di garis depan melawan kekuatan Portugal dan Belanda yang hendak menguasai jalur laut Selat Malaka. Reputasi Malahayati sebagai diplomat dan penjaga pintu gerbang kesultanan Atjeh, membuat Inggris yang hendak masuk ke wilayah Atjeh lebih memilih untuk menempuh jalan damai dan James Lancaster yang membawa surat dari Ratu Elizabeth I menemuinya, sebelum sampai pada Sultan Atjeh dalam keinginan mereka membuka jalan bagi Inggris menuju Jawa dan membuka pos dagang di Banten. *Penulis Dwi Kirana LS,. Pemerhati PEKaMas (Pendidikan Ekonomi Kesehatan atas Masyarakat) tinggal di Jember

Senin, 05 November 2018

dr.Moehammad Saleh, Bapak Dan Anak : Dokter Pejuang*

(Ketiga Putranya Menyandang Nama Khalifah Abu Bakar,Abd Azis, Haroen Ar Rosyid) Lahir, di Simo (Jawa Tengah), 15 Maret 1888. Pernikahannya dengan Emma Naimah binti Daeng Moechsinl ”Nyak Em” (1883-1949), wanita suku Makasar-Betawi, putri tokoh masyarakat di kawasan Tanah Tinggi (sekarang Cempaka Putih, yang terletak bersebelahan di timur rel kereta api dari kawasan Kwini, lokasi kampus STOVIA). M Saleh adalah dokter seangkatan dengan dr R. Soetomo. Meski berlainan suku, pernikahannya sepengetahuan orang tuanya bersuku Jawa, yakni H Sastrodikromo dan Nalirah. M Saleh memegang prinsip keluarga bahwa kelak anak-anaknya bisa menikah sebelum lulus pendidikan tinggi. Anugrah perkawinan didapat 11 keturunan. Putra-putrinya pun bisa mengenyam kehidupan panjang, dididik untuk menjadi penerus perjuangan yang berguna bagi negara. Putri pertamanya lahir, diberi nama Soeratmi Saleh I ”Mimi” (1905-1981). Disusul adiknya, Soeratman Saleh I ”Maman Besar” (1907 -1909), Abdulrachman Saleh I “Maman Kecil” (1909- 1947) yang kemudian sangat dikenal jasa besarnya di Angkatan Udara Republik Indonesia, dan diangkat sebagai pahlawan nasional, Marsda TNI (Anumerta) Prof.Dr.dr Abdurachman Saleh (bapak Ilmu Faal Indonesia dan pencetus berdirinya RRI). Nama putra ke-3 kemudian diabadikan juga sebagai nama lapangan terbang di Malang, nama jalan di banyak kota di Indonesia. Bahkan secara kebetulan, nama jalan Museum Kebangkitan Nasional yang dulu merupakan gedung STOVIA, tempat M Saleh bersekolah dan menorehkan catatan sejarah, tempat lahimya Boedi Oetomo, juga bernama Jl Abdul rachman Saleh. Putra selanjutnya, Haroen Al Rasyid Saleh I “Harun” (1911-1982), dia mengabdikan diri di Departemen Luar Negeri. Dan adiknya, Ir Mohammad Effendi Saleh I ”Tam” (1912-2002), bekerja di bidang transportasi pada Jawatan Kereta Api, pemah menjabat sebagai Sekjen Perhubungan. Ketiga putra berikutnya, Abdul Aziz Saleh, Alibasah Saleh, dan Abubakar Saleh mewarisi jiwa dan bidang yang digeluti ayahnya, mengenyam pendidikan dokter dan semuanya bekerja sepenuhnya pada dunia kedokteran dan mengabdi pada negara. Sebut saja Dokter H Abdulazis Saleh I ” Azis” (1914-2001), selain lulus sebagai dokter juga berpangkat mayor jenderal Angkatan Darat, tercatat pemah menjabat tiga kali menjadi menteri di zaman pemerintahan Presiden Soekamo dan Presiden Soeharto, di antaranya sebagai Menteri Kesehatan dan Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Kemudian kolonel CKM (Pum) dr Alibasah Saleh/ “Ali” (1919- 1999), mengabdikan diri sebagai dokter di TNI Angkatan darat Republik Indonesia. Sedangkan Marsda TNI (Pum) dr H Abubakar Saleh I “Tutut” (1923-2008), dikenal sebagai dokter di TNI Angkatan Udara Republik Indonesia. Sibungsu Soehartini S (diusia 82 tahun), menuliskan suatu riwayat bapaknya, yang berprofesi dokter yang waktu itu sangat dibutuhkan dari jumlahnya sangat sedikit sekali bila dibandingkan masyarakat yang membutuhkan keahliannya, tidak ada keseimbangan antara penderita dan dokter-dokter pribumi, meski terbilang sebagai dokter swasta kehidupan dr. M Saleh sekeluarga selalu berpindah-pindah. Semula di Jakarta lalu pindah ke Boyolali, Jawa Tengah, tak lama menempati kota ini keluarga Saleh menuju Kolonedale, Sulawesi Tengah lalu pindah ke Bondowoso, Pasuruan dan terakhir di Probolinggo tahun 1930-an. Sebuah catatan pribadi tentang Kebiasaan Bapak yang menemaninya, duduk di dekatku saat belajar, lalu terbaca oleh Bapak di bukuku tertulis: “Inlandse Geschiedenis.” Bapak bertanya: “Tien, apa kamu tahu artinya Inlandse?” Aku jawab: “Pribumi.” (geschiedenis = sejarah). Kemudian Bapak menjelaskan: “Inlandse adalah kata sifat dari Inlander, kamu mau disebut Inlander?” Lalu sambil meninggalkan aku, Bapak berujar: “Ganti dulu judul sampul buku itu.” Malam harinya setelah selesai belajar, Bapak memelukku dan berkata: “Nah ini baru anak Bapak.” Judul buku sejarah itu sudah aku ganti dengan: = "Geschiedenisl” Istilah kecil berupa kata yang memiliki arti penting menyangkut harga diri bangsa. Catatan ini rekaman peristiwaku yang dikenang sangat mendalam. Catatan tersebut terpatri erat pada sanubari. Pengabdiannya pada profesi. Di kota Santri sebutan Pasuruan dan Probolinggo, hingga masa tuanya untuk mengabdi sebagai dokter yang selalu melayani masyarakatnya tanpa pamrih dan membedakan pasien. Untuk mengenang jasa perjuangan dan pengabdian panjangnya sebagai dokter, selain namanya pun telah diabadikan ~pada sebuah nama jalan utama di kota Probolinggo, dulu Jl Laut, Juga telah terabadikan sebagai nama rumah sakit pemerintah di Probolinggo, RSUD dr Moehammad Saleh beserta kediamannya dulu menjadi Musium yang bernama Dr. M Saleh. *Penulis Dwi Kirana LS,. Pemerhati PEKaMas (Pendidikan Ekonomi Kesehatan atas Masyarakat) tinggal di Jember

Jumat, 02 November 2018

Pertahankan Kemuliaan Islam Hingga Bara Api Menghancurkan Jasad*

Membaca lima tuntutan dari aksi massa bela tauhid jilid 2 (2/11) melalui juru bicaranya Awit Masyhuri, seperti yang dilansir jawapos.com yaitu: Pertama, meminta pemerintah Indonesia mengakui bahwa bendera tauhid merupakan bendera Rasulullah Muhammad SAW, bukan bendera milik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) atau ormas lainnya. Mereka menuntut kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk membuat Pernyataan resmi bahwa bendera tauhid adalah bendera Rasulullah SAW bukan bendera ormas apa pun, sehingga tidak boleh dinistakan oleh siapa pun. Kedua, menuntut aparat penegak hukum memproses semua yang terlibat dalam pembakaran bendera itu di Garut, agar para pelakunya dapat dikejar sampai akar rumputnya. Sehingga tidak kembali terulang kejadian serupa dikemudian hari dan menuntut kepada pemerintah memproses hukum semua pihak yang terlibat dalam pembakaran bendera tauhid, baik pelaku mau pun aktor intelektual yang mengajarkan dan mengarahkan serta menebar kebencian untuk memusuhi bendera tauhid. Ketiga, agar seluruh umat beragama menghormati simbok-simbol keagamaan. Sehingga tidak ada kejadian pelanggaran pidana seperti persekusi atau penolakan terhadap kedatangan pemuka agama juga menuntut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) selaku organisasi yang menaungi Banser untuk meminta maaf kepada umat Islam. Mengingat pelaku pembakaran merupakan oknum Banser. Kelima, berupa himbauan kepada seluruh umat Islam Indonesia untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan, serta tidak mudah di adu domba oleh pihak manapun. Sebelum massa aksi diterima Menteri Polhukam, bahwasanya Wiranto mengatakan tuntutan dari aksi tersebut sebelumnya sudah diakomodir oleh pemerintah. Mantan Panglima ABRI menganggap bahwa Aksi Bela Tauhid ini sebaiknya tidak perlu digelar. Mengingat Aksi itu adalah buntut dari peristiwa pembakaran bendera tauhid yang identik dengan bendera HTI. Katanya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (liputan 6.com 2/11/2018). Seperti juga yang terbaca dari surat peninggalan dari pengaduan Sultan 'Alauddin Muhammad Daud Syah dari Kesultanan Aceh terakhir, yang tertuju kepada Khalifah Turki Usmani (Kholifah Abdul Hamid II), bahwasanya beliau mengadukan perihal kesulitan dan kepedihan yang sedang dialami oleh diri dan bangsanya. Sebagai seorang yang amat setia kepada agamanya dan rakyatnya. Sikap yang terus ia buktikan sampai helaan nafas terakhirnya yang ia hembuskan di pembuangan masa kolonial Hindia Belanda. Sungguh tidak mudah baginya bertahan untuk melalui tahun-tahun kepedihan seperti yang ia lalui; saat tanah negerinya direbut oleh musuh Allah, saat bangsa-bangsa Islam kemudian harus kehilangan Amirul Mu'minin dan khilafahnya (Kholifah Abdul Majid II), dan saat ia melihat rakyatnya berangsur berpaling untuk mengikuti langkah musuhnya. Ia harus menahan perih fisik dalam pengasingan, sementara perih batinnya adalah sesuatu yang takkan terkira. Dalam surat ini, Paduka Sri Sultan Muhammad Dawud Syah melaporkan dan mengadukan perihal yang dialami oleh diri dan bangsanya kepada Khalifatul Muslimin dan Amirul Mu'minin. Selain kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada siapakah lain yang layak ia lapor dan adukan halnya? Kepada Belanda seperti para raja negeri-negeri lain yang tunduk kepada Pemerintah Hindia-Belanda? Tentu tidak, dan tak pernah akan. Baginya, Belanda adalah kafir mal'un 'aduwullah (kafir terkutuk, musuh Allah) atau ia akan memilih putar haluan dengan angin nasionalisme yang sudah mulai berhembus sejak penghujung abad ke-18 dan menguat di abad ke-19 ? Sultan bukanlah sosok pengagum Mustafa Kamal Ataturk (1881-1938) yang telah menikam Khilafah dari belakang, bahkan sepertinya ia masih memimpikan kebangkitan Islam dan umatnya sebagaimana mimpi Khalifah Abdul Hamid II (1842-1918) dimana saat itu Rusia mengompori wilayah kekuasaan Utsmani di semenanjung Balkan, agar mereka merdeka. Menanggapi kelakuan Rusia, Justru pada saat itu Khalifah Abdulhamid II mengibarkan bendera Nabi Muhammad sambil menyerukan jihad, kemudian perang dunia I pecah pada April 1877. Hanya kepada Allah, Rasulullah, Khilafah Muslimin dan Amirul Mukmin, surat pengaduan Sultan 'Alauddin Muhammad Daud Syah ditujukan pada tanggal 25 Muharram 1315 (26 Juni 1897) sampai beliaunya wafat 6 Februari 1939. Fa Inshaa Alloh keteguhan hati setiap jiwa yang bersemayam rasa iman, semata karena mengingat firman Allah SWT : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". (Qs 3 :102) Begitupun dalam sabda Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam: يَأْتِيْ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيْهِمْ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ “Akan tiba suatu zaman bagi manusia, barangsiapa di antara mereka yang bersabar berpegang teguh pada agamanya, ia ibarat menggenggam bara api” (HR. At Tirmidzi 2260, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi). Waallho Alam bishowab. By. Dwi Kirana LS, Pemerhati PEKaMas (Pendidikan Ekonomi Kesehatan atas Masyarakat) tinggal di Jember

Jumat, 26 Oktober 2018

Diantara Mubahalah Pada Penista Dan Muhafidz Pejuang

Sepertiga malam dihari jumat (26/10) telahku penuhi seruan untuk bermubahalah meski kami sadari hal tersebut tidaklah ringan, mengingat amal kebajikan diri masih jauh dari kesempurnaan dalam menjalankan syariat secara kaffah. Panggilan bermubahalah adalah bagian perjuangan Islam, tiada kerelaan melihat simbul keyakinan keislaman kami dilecehkan. Syahadatain berkalimat tauhid dan Muhammad utusanNya dilafalkan kalimat tersebut ada dalam bacaan sholat pada tahiyat awal dan akhir, senantiasa terucap pada sholat lima waktu, dan sesungguhnya pada sholatku ibadahku hidup dan matiku karena Alloh semata (inna sholati wanusuki wama iyya wama mati lillahirobbil alamin). Usai qiyyam lail dan sholat taubat serta sholat witir dan wirid semalam, telah terucapkan kalimat muhabalah pada penista kalimat tauhid, pada royatul rosululloh saw juga yang mempersekusi ulama, dai serta pembubar pengajian, penstempel tindakan rezim pembubar ormas Islam, berikut kandungan *ISI MUBAHALAH* : Bismillaahirrahmaanirrahiim Tuhanku Allah SWT, Malaikat Nya, Langit Nya, Tanah Nya, Dan Gunung-Gunung Ciptaan Nya, Saksikanlah Saksikanlah, Wahai Kaum Muslimin kami akan berdoa untuk semua pihak yang terus menerus melakukan kebohongan dan fitnah terkait panji Rasulullah. Yakni : 1. Seluruh pihak yang membohongi Umat dengan mengatakan bahwa bendera tauhid adalah Bendera HTI. Padahal sudah jelas dalil dan penjelasan terhadap kalian mengenai Al Liwa dan Ar Rayah. 2. Seluruh pihak yang memfitnah melalui gambar gambar dokumentasi reuni Akbar 212 Tahun 2017 dan gambar gambar dokumentasi pembuatan Ar Rayah 212 Tahun 2016. Bahwa anggota HTI menginjak dan menistakan bendera Tauhid. Padahal sudah terang benderang sebagian dari kami, Umat Islam yang menjadi saksi, memberikan penjelasan mengenai hal tersebut AGAR ALLAH MELAKNAT MEREKA PARA PEMBOHONG DAN PEMFITNAH TERSEBUT AGAR MEREKA SEMUA DIBERIKAN AZAB YANG PEDIH, BAIK DI DUNIA DAN AKHIRAT Dan tiada yang dapat menyelamatkan mereka dari laknat Mu Ya Allah, melainkan jika mereka bertaubat Kami, Bukanlah sekumpulan Ulama yang memiliki Ilmu Agama Tinggi Kami, Bukanlah Sekumpulan Pemuda Berbadan Kekar, Gagah, Tahan Bacok, Dan Tahan Peluru Kami semua hanyalah seorang pembelajar yang lemah dan bodoh tanpa bimbingan dan pertolongan Mu Tapi Kami tidak takut melakukan Mubahalah untuk kebinasaan para pembohong dan pemfitnah yang memiliki kebencian Terhadap Panji Kekasih Mu Ya Allah Kami ikhlaskan harta, darah, nyawa, dan keturunan kami bila tuduhan para pembohong Dan pemfitnah Itu benar Sebaliknya, Jika mereka memang berbohong, baik karena disengaja maupun karena kebodohan mereka, dan memfitnah, baik karena disengaja maupun kebodohan mereka, maka laknat mereka Ya Allah, Dan timpakan azab kepada mereka di Dunia dan Akhirat SAKSIKANLAH PENGHUNI LANGIT DAN BUMI, INI ADALAH MUBAHALAH KAMI Ya Alloh, hilal 15 khomariyyah menjadi saksi, kami berpuasa di yaum bits dan sebagian kami keluar pasca sholat jumat untuk menuntut keadilan menghukum atas muslim dari kelompok munafiqun. Kami usung panji (liwa) dan bendera (royah) sebanyak yang kami mampu untuk meninggikan kalimatul ulya dengan merendahkan kalimat jahiliyah (Islam Ta**). Bilamana kalian penegak hukum berat sebelah dalam perkara ini maka cukuplah Alloh yang menjaga AgamaNya dari tindakan makar kalian. Dan Alloh sebaik baik pembuat makar dengan menjadi muhafidz (penjaga) pejuang yang berasal dari keluarga-Nya, yakni Ahlul qur’an. Dia merupakan orang-orang yang mengetahui seluk-beluk Alquran dan yang mengamalkannya, bukan semata membaca huruf-hurufnya. Dalam kitab Shahih Muslim, diriwayatkan dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu; dia berkata, “Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘ Alquran akan didatangkan pada hari kiamat bersama ahlinya yaitu orang-orang yang mengamalkan kandungannya di dunia, surat Al-Baqarah dan surat Ali Imran pun mendahuluinya (dan menjadi pembela bagi orang yang membaca dan mengamalkannya. (Hadits tersebut) merupakan tafsir terhadap hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Anas bin Malik; dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah memiliki ahli-ahli dari kalangan manusia.’ Mereka (para shahabat, pen.) berkata, ‘Wahai Rasulullah, siapakah mereka?’ Beliau menjawab, ‘Mereka adalah ahlul Qur’an yaitu ahlu Allah dan Orang-orang yang istimewa di sisi-Nya.’” By. Dwi Kirana pemerhati PEKaMas, penyemai hafidzoh dan hafidzulloh yang mutqin dari nanda himmah dan hajir, dari ahlu bait-ku zakiyah dan istriku Adibah inshaaAlloh

Rabu, 12 September 2018

"Depresi Rupiah" Kian Menguat-tirkan ?

By. Dwi Kirana LS, Pemerhati PEKaMas (Pendidikan Ekonomi Kesehatan) Jember Pertanian Jember kesohor sebagai penghasil tembakau dan kedelai. Siapa sangka dengan dolar yang melambung justru pengusaha tahu di Jember terancam gulung tikar iNews (5/9/2018). Paradoks untuk menggambarkan turunnya daya beli masyarakat akan produk dalam negeri yang terpengaruh atas menguatnya dolar terhadap rupiah. Katakanlah kedelai sebagai bahan baku pembuat tahu dan tempe serta susu nabati, otomatis akan mempengaruhi harga produksinya disaat bahan baku yang tersedia didatangkan dari negara luar (impor), yang dibeli dengan nilai tukar mata uangnya dolar. Dari hasil produksi yang menggunakan baku kedelai, ketiga jenis barang tersebut dijual ke pasar domestik. Hasil penjualannya yang diperoleh dari masyarakat dibeli dengan nilai tukar mata uang rupiah. Depresi pemerintah disaat devisa negara kian menipis, demikian pula dengan pengusaha tahu dan cerutu yang produksinya berbahan baku dengan produk impor. Sampai sampai pengusaha rokok dari tembakau import, Kahar Muzakir berkata: "Cerutu Bukan Rokok Untuk Bangsa Indonesia" (tirto.id). Rupaih kian menguat-tirkan sebagai nilai tukar perekonomian dan neraca mata uang bangsa kita. Kondisi inilah yang penulis katakan sebagai judul artikel ini. Bukankah depresi adalah suatu gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus tertekan atau kehilangan minat dalam beraktivitas, menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kualitas hidup sehari-hari. Mengingat laju Inflasi akan menjadi indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Adapun depresiasi adalah suatu proses penurunan nilai mata uang dalam negeri yang disebabkan adanya mekanisme pedagangan. Kemudian biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Tindakan tersebut diistilahkan sebutan devaluasi, karena lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Khilafah menerapkan islam secara kaffah akan memberikan perlindungan berupa subsidi atas produksi pertanian, baik berupa pemberian benih, pupuk, dan obat hama tanaman ataupun hingga pemberian lahan pertanian dan saluran irigasinya, yang demikian rakyat akan memperoleh jaminan kehidupan atas harta dan jiwa serta keyakinannya yang mereka milik. Demikianlah Allah swt menerangkan dalam firmanNya: “Dan pada sisi Alloh-lah kunci-kunci segala yang ghoib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidaklah jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. ( QS. Al-An’am : 59). “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu biji-bijian yang banyak, dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai dan kebun-kebun anggur dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya diwaktu pohonnya berbuah dan (perharikan pula) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi orang-orang yang beriman.” ( Al An’am : 99) .