Setiap orang
tua mendambakan agar anak-anaknya bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
berbakat. Pertanyaannya berlebihankah mengidamkan anak yang mampu mendapatkan
nilai ulangan yang bagus, menjadi bintang pelajar ataupun terpopuler dikalangan
teman sebayanya dan guru. Saat berada di rumah, anak bisa diandalkan untuk
melakukan kegiatan yang bersifat membantu orang tua dalam memasak, merapikan
tempat tidurnya sendiri, membersihkan halaman rumah hingga menjaga rumah disaat
orang tuanya keluar, juga sifat jujur, berintegritas dan komitmen dalam setiap
penyelesaian tugas secara mandiri dan kreatif serta penuh percaya diri yang
melekat dalam kepribadian anak sehingga kehadirannya menjadi bermanfaat untuk
dirinya pribadi, orang tua, bangsa dan agamanya. Apakah sosok pribadi sempurna itu
ada pada diri, keluarga dan anak-anak kita yang menjadi idaman setiap orang?
Berbagai
keluhan dari penuturan kebanyakan orang tua bila dibuat daftar masalah dengan
pengklasifikasiannya menurut ragam kecerdasan anak-anak mereka sebagaimana
berikut.
Pertama, perilaku anak Insting sering
bertengkar, terlihat tidak punya prinsip, tidak ada kemauan jika melakukan
sesuatu terkesan setengah-tengah dan kata orang madura ‘kardiman’ (berbuat
semau atau semua mau).
Kedua,
perilaku anak Intuiting itu tidak
teratur dan aneh, tidak realistik, tidak praktis, terlalu berangan-angan, sangat
kompleks dan teoritis.
Ketiga,
perilaku anak Sensing yang terlihat tidak
imajinatif dan kreatif, membosankan dan tidak mau mengenal hal baru, tidak
menarik, tidak bervisi ke depan dan dangkal.
Keempat,
perilaku anak Feeling tidak logis, emosional,
lemah, dan histeris.
Kelima, perilaku
anak Thinking terlihat subjektif, dingin,
tidak sensitif, tidak perhatian, raja tega dan keras kepala.
Hati orang tua
mana yang tidak risau melihat kenyataan yang ada pada anak-anak mereka bila
terlihat memiliki masalah diatas, tentu banyak pihak yang meragukan kesungguhan
orang tua dalam mengupayakan anaknya menjadi pribadi yang unggul ataupun
berprestasi. Hal tersebut sering diangkat oleh para
konsultan dan pakar termasuk penemu mesin kecerdasan STIFIn Farid Poniman.
Master coaching yang tinggal di Malasia ini memberi keteladanan sebagai upaya
melejitkan prestasi NJ putri sulungnya dalam mengejar prestasi renang hingga
menjadi juara dunia . Master PhD ini mengatakan bahwa: ‘masih ingat rumusan
usaha dalam fisika, yakni usaha sama dengan gaya dikali jarak. Jadi kalau energi yang
dikeluarkan tidak berhasil menciptakan jarak masih disebut gaya. Makanya, kalau berusaha yang betul
supaya prestasinya bisa bergerak. Kalau tidak cuma bergaya dalam menjalankan
program saja.’
Mungkinkah
Anda termasuk orang tua yang belum menemukan blue print kesuksesan diri sebagai orang tua, dengan berbagi
pengalaman dari orang lain yang telah menginspirasi banyak orang dan semoga penulispun
tetap berada pada zona kesuksesan yang akan meretaskan jalan pembuka pintu
depan menuju karpet merah dengan perasaan syukur dan ilmu yang memadai untuk tetap
berusaha berjalan pada karpet itu. Sebagai orang tua yang merasakan hadirnya
Dzat yang memberi kesempurnaan di dalam dirinya melalui sebuah proses yang terdisain
secara sempurna dari kadar penciptaan khaliqnya, Dzat yang maha kuasa atas
makhluk ciptaannya sebagai sesosok makhluk yang spesial ‘ahsani taqwin’ (Qs 95:4 _sesempurna bentukan) yang namanya manusia punya
brain yang dengan itu Tuhan memberikan khasiat pada otaknya suatu
potensi pengikat pemahaman kepadanya, ketika hendak memenuhi kebutuhan fisik
dan naluri. Meskipun sang Khaliq menyatakannya ‘kabadin’ (Qs.90:4_susah), hal tersebut karena manusia itu tercipta
dari saripati unsur terkecil alam semesta (mikrokosmis) dalam analog ragam
kecerdasan seperti tanah, besi, air, kayu dan api. Padahal penciptaan alam semesta jauh lebih
besar, tetapi hal ini bagi Tuhanku cukup mengatakan: ‘kun fa yakun’ (Qs. 2:117_Jadi
maka jadilah) tengok terjamah surat
lainnya dalam al Mukmin ayat 57, Yasin ayat 80-81, dan al Mu’minun ayat 12
serta al A’raaf ayat 11.
Adapun yang dimaksud
dengan zona kesuksesan adalah apabila para orang tua mampu menggunakan
energinya untuk melangkah dalam suatu pergerakan menuju hasil yang luar biasa, yakni
memiliki keturunan yang sesuai dambaan, sebagai sesuatu yang indah dipandang
mata. Karena itu fokuskan perhatian terhadap diri sendiri (Qs 21:2) bagaimana
Anda sebagai orang tua mengetahui jati diri dengan ukuran prevalensi yang sangat
jelas dari ragam kecerdasan yang mencerminkan keyakinan Anda, kemampuan dan
dapat menggambarkan prospek diri pribadi hingga merasakan kemistri mesin
kecerdasan yang Anda punya didalamnya, dan bagaimana pasutri (pasangan suami
istri) merealisasikan suatu usaha yang berbeda (Qs. 91:3-4) untuk melejitkan
potensi kecerdasan atau bakat yang bersifat bawaan sejak dalam rahim,
sebagaimana kata Buya Hamka dalam tafsirnya terhadap kalimah ‘syaakilatihi’ pada surat Isro’, sehingga dengan begitu
Anda sebagai orang tua dapat berinvestasi pada segala kelebihan yang Anda
miliki.
Disainlah
hidup Anda yang bagus mulai dari proses, profesi dan output-nya sejalan dengan mesin kecerdasan. Penulis adalah orang
Thinking Introvert (Ti) dan istri yang
bermesinkan Sensing Introvert (Si) ditakdirkan dalam jodoh untuk saling
mendukung, kemudian Tuhan juga mentakdirkan dengan memberikan keturunan anak
yang bermesinkan Intuitung Introvert (Ii) bagi saya di dalam ketiga unsur (alam
semesta, symbol jari jemari dan intisari diri) yang terdapat lima jenis mesin
kecerdasan adalah anologi tahta dan harta, bagus dalam memiliki anak dengan protege
I. Inilah modal besar kesesuaian mesin kecerdasan dalam keluarga saya sebagai
habitat yang pas yang penulis syukuri sebagai karunia dari Dzat yang maha
pemberi kesenangan dan kebahagian dengan menambahkan karunia-Nya pada
kelimpahan putri dan putra yang kemistrinya dilimpahi harta (sensing extrovert).
Ya Tuhan saksikanlah,
untuk menjadi Ayah dan Suami yang Ok, pertama penulis memagang komitmen untuk
meraih kepercayaan anak, menghargai pendapatnya, bersikap jujur dan terbuka,
dan senantiasa bekerjasama dengan istri dalam melijitkan potensi kecerdasan
anak yang pertama intuiting, yakni dengan
melakukan hal pembicaraan pada gambaran besar dan implikasinya, kemungkinan,
juga pemakaian analogi dan metaphor, juga menggali pilihan/alternatif, menggugah
imajinasinya dan tidak membebaninya dengan detil. Putri sulung saya itu bernama
Zakiyah, tahun depan masuk SMP. Dia berkeinginan menjadi dokter namun disaat
yang lain dia ingin pula menjadi Chef.
Alhamdulillah selama proses belajar di SD Al Irsyad peringkat kelasnya masih
masuk dalam the best ten, terakhir dalam tryout yang diselenggarakan sebuah bimbingan belajar terkemuka yang
memiliki cabang di banyak provinsi di Indonesia. Zakiyah dapat melesat mengungguli
teman kelasnya yang selama ini langganan menjadi juara kelas, tentunya setelah Zakiah
dapat mengoptimalkan mesin kecerdasannya.
Terhadap istri
penulis yang kelebihannya efisien (hemat) dan kedua anakku yang sedikit ada
sifat borosnya dari mesin kecerdasan sensing
(extrovept) lawan dari kelebihan dari
introvert dari mesin tersebut,
berbicara dengannya menyatakan suatu tema dengan jelas, sajikan fakta dan
contoh, memberikan informasi secara bertahap, menekankan pada aplikasi praktis,
dan selalu menyelesaikan kalimat jika berkomunikasi, juga menyertakan pengalaman nyata. Seperti dinyatakan
dalam lembar lampiran tes STIFIn bahwa intisari diri kedua anakku adalah
mencari ladang untuk menanam uang. Kedua putraku, himmah dan hajir
kesehariannya sering meminta untuk beli-beli (jajan, dsb) namun semenjak mesin
kecerdasannya diketahui maka tugas penulis untuk melejitkannya untuk berubah.
Hasilnya mereka terbiasa untuk menabung bahkan Dzulhijah 1423 H tahun ini
keduanya bisa menyembelih hewan kurban, Subhanalloh.
Ketiga, Penulis
berupaya memiliki kepekaan sosial dengan mengasah profesi sebagai promotor
STIFIn. Saya bertekat untuk turut mensukseskan terwujudnya peradapan yang
gemilang sukses-mulia dengan berbagi
tips suksesan sebagai orang Thinking. Saran penulis agar mereka yang memiliki
mesin seperti penulis dapat menerjunkan diri untuk menjadi orang yang
terorganisir dan logis, melakukan pertimbangkan sebab akibat, memfokuskan pada
konsekuensi, biasakan dengan menekankan pada aplikasi praktis, tidak membuat
pertanya an apa yang “dirasa” tapi apa yang dipikirkan, dan jangan mengulang.
Ciri sukses belajar orang Thinking adalah diberi recognition oleh orang yang dihormatinya berikut petikan apresiasi letter Pimpinan RS Paru Dr Arya Sidemen,
SE,. MPH,. MBA terhadap penulis : “Dwi ini orangnya peduli… Apa yang
dipelajarinya, bagaimana dia mencoba menerapkan dalam hidup kesehariannya dia
tularkan kepada orang lain, orang banyak, baik melalui diskusi maupun
penulisan-penulisannya. Dwi orangnya ulet dan selalu berupaya untuk didengar.
Demi kebaikan, demi keyakinannya” (April 2011).
Keempat, hal yang untuk dilakukan penulis terhadap protege
feeling dengan mengatakan saya setuju dengannya terkait hal yang mubah,
berupaya menghargai usaha dan kontribusi mereka, mengenali legitimasi
perasaannya, membicarakan tentang kepedulian, tersenyum dan pelihara kontak
mata jika berkomunikasi dengannya serta ramah dan penuh pertimbangan.
Kelima, hal
yang untuk dilakukan penulis terhadap protege insting dengan berbicara straight
to the point dg lembut, menghindari pembahasan permasalahan yang rumit, menyederhanakan
kata dengan tidak bersayap serta kalimat yang efektif melalui penyelesaian
kalimat dan tanggapan yang persis yang dia inginkan (tanya harga jawab harga). Wallohu A’lam bi Showab.
*(Penulis
merupakan kepala keluarga Idiologis tinggal di Jember Jawa Timur)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSubhanalloh,Abi! Meski terkesan dingin tapi aku tahu bahwa orang T seperti engkau suamiku, orangnya pengertian dan unik
BalasHapus